Bagian III: Aku Masih Di Sini
Malam ini, aku menatap layar…
Masih bernapas, masih hidup — tapi aku tahu rasanya tak selalu terasa seperti hidup.
Sudah hampir dua tahun aku menjalani sesuatu yang tidak pernah kuundang hadir dalam hidupku.
Penyakit ini… proses ini…
Seolah mencabutku dari dunia yang dulu kukenal:
pekerjaan yang kujalani dengan semangat,
pemandangan yang dulu kusambut dengan mata berbinar,
obrolan ringan dengan teman,
tawa-tawa sederhana yang kini terasa seperti mimpi yang jauh.
Di awal, segalanya terasa berat.
Seperti tenggelam dalam lautan yang tak berujung,
seperti burung dalam sangkar yang hanya bisa melihat langit tanpa bisa terbang.
Kadang aku ingin marah. Kadang aku hanya ingin diam dan menghilang.
Dan ya, aku lelah…
Tapi aku tetap ada.
Kata orang, waktu menyembuhkan.
Mungkin benar… atau mungkin waktu hanya membuat luka belajar bernafas tanpa suara.
Namun di balik semua ini, satu hal yang membuatku tetap berdiri: keluarga.
Mereka tidak pergi.
Saat dunia menjauh, mereka mendekat.
Saat aku diam, mereka mengerti.
Dan untuk mereka… aku memilih tetap bertahan.
Aku masih merindukan banyak hal.
Tapi mungkin, suatu hari nanti — aku akan kembali ke sana.
Ke dunia yang pernah kupunya, atau mungkin dunia baru yang sedang disiapkan untukku.
Aku belum tahu… tapi aku tidak menyerah.
"Hari ini, aku tidak menulis untuk mengeluh.
Aku menulis untuk mengingatkan diriku sendiri:
Aku kuat. Aku masih di sini. Dan itu bukan hal kecil."
Baca juga : Hidup Hanya Sekali Part I&II
Bagian IV : Hari-Hari yang Tak Pernah Sama
Ada hari-hari di mana aku merasa biasa saja.
Ada juga hari-hari di mana segalanya terasa berat, tanpa alasan yang jelas.
Aku terbangun, tapi rasanya tidak benar-benar bangun.
Aku bernapas, tapi rasanya tidak benar-benar hidup.
Hari-hari terasa seperti teka-teki yang hilang potongannya.
Dan kadang aku bertanya dalam diam:
"Apakah aku masih punya waktu yang cukup?"
"Apakah aku akan kembali seperti dulu?"
"Apakah semuanya akan pulih... atau aku yang harus belajar menerima?"
Namun…
Sampai detik ini, aku masih membuka mata.
Masih melangkah, walau pelan.
Masih berharap, walau samar.
"Karena ada sesuatu dalam diriku yang belum padam…
Sesuatu yang meskipun kecil, tetap menolak untuk menyerah."
Well saya Bagus Sandali, teruslah saling menjaga dan ceritakan tentang apa yang kita lakukan dan rasakan di dunia ini. Sampai ketemu di cerita selanjutnya, salam.
Baca Juga : Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1447H
Follow me on.
Facebook : Bagus Sandali
Instagram : @hi.sand__
Twitter/X : @sandali__
YouTube : Bagus Sandali
Komentar