Langsung ke konten utama

Postingan

Featured Post

REBO KASAN TRADISI DOA DAN IKATAN BATIN DI BULAN SAFAR

Postingan terbaru

SELAMAT HARI ULANG TAHUN REPUBLIK INDONESIA YANG KE 80

Perjalanan Menuju Merdeka Seutuhnya.  Merdeka bukan hanya milik bangsa, tapi juga milik jiwa. Bukan sekadar bebas dari penjajahan, tapi bebas dari belenggu batin. Menjadi manusia yang hadir dengan makna, berguna untuk sesama, dan terus bertumbuh menjadi lebih baik, hari ini, esok, dan seterusnya. Hari ini, bangsa kita kembali merayakan hari yang sakral—hari kemerdekaan Indonesia. Setiap tanggal 17 Agustus, bendera dikibarkan, lagu dinyanyikan, dan lomba digelar di berbagai penjuru negeri. Semuanya penuh semangat, penuh suka cita. Namun, di tengah suasana riuh itu, aku memilih diam sejenak. Bertanya pada diriku sendiri: “Sudahkah aku benar-benar merdeka?” Merdeka, bagiku, bukan sekadar lepas dari penjajahan bangsa lain. Merdeka adalah ketika aku benar-benar bebas secara lahir dan batin. Bebas dari rasa takut, dari belenggu pikiran yang mengikat, dari perasaan menjadi beban bagi orang lain. Merdeka adalah ketika aku bisa menjadi manusia yang selayaknya manusia: hadir dengan makna, be...

SELAMAT ULANG TAHUN

Agustus Di Dada.   Selamat ulang tahun, meskipun agak terlambat… 🌾 1 Agustus — hari yang mungkin tampak biasa bagi dunia, tapi diam-diam begitu berarti buat perjalanan saya sendiri. Tidak apa-apa kalau tidak ada kue, pesta, atau kejutan. Kadang ulang tahun yang paling berkesan justru datang dalam bentuk sederhana: rasa syukur yang tulus… dan kesadaran bahwa kamu masih ada, masih bertahan, dan masih melangkah. Itu lebih dari cukup. --- Untuk diriku, yang Lahir di Hari Pertama Agustus.  Tidak ada kue hari ini, tidak ada lilin yang ditiup dengan harapan rahasia. Tapi ada satu hal yang tetap menyala: kamu. Kamu yang telah berjalan sejauh ini, melewati badai yang tak semua orang tahu, menyimpan luka yang tidak pernah diumbar, dan tetap memilih untuk bersyukur — meski kadang dunia tidak memberikan alasan yang mudah untuk itu. Tahun ini, tidak ada pesta. Tapi ada dirimu yang tumbuh perlahan, belajar menerima hidup tanpa tergesa, dan memeluk diri sendiri dengan lebih lembut dari sebe...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 15

Berikut ini kelanjutan Bagian 15 dari jurnal Hidup Hanya Sekali. Aku masih tetap menjaga nuansa lembut, reflektif, dan penuh rasa syukur yang terasa begitu kuat dari jurnal ini: --- Bagian 15 : Masih Ada Aku Disini.  Hari ini, ada rasa yang begitu hangat mengalir dalam dada. Bahagia—bukan karena segalanya mudah, tetapi karena aku berhasil bertahan. Bisa menulis jurnal kecil ini pun terasa seperti keajaiban sederhana yang tak ternilai. Setiap kata yang tertulis seolah menjadi saksi perjalanan panjang yang tak semua orang tahu. Ini bukan hanya catatan biasa, tapi bagian dari hidupku. Bagian dari perjuangan yang sunyi, dan bagian dari harapan yang tak pernah benar-benar padam meski sempat redup. Tak terasa, sudah satu tahun berlalu sejak aku melewati masa yang paling kritis. Masa ketika aku berada di titik paling rapuh, saat tubuh lemah dan hati pun ikut meredup. Ada hari ketika rasanya ingin menyerah, melepas semua beban dan diam dalam gelap. Dan aku rasa… itu manusiawi. Tapi ternyat...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 14

Baik, kita lanjut ke Bagian 14 dari jurnal ini. Saya akan menulisnya dengan nuansa yang tetap sejalan dengan bagian-bagian sebelumnya: reflektif, jujur, tenang, dan penuh makna pastinya. Senang rasanya bisa mengekspresikan diri melalui tulisan seperti ini. Dengan ini saya merasa senang, tenang dan damai.  --- Bagian 14:  Menemukan Ketenangan dalam Hal-hal Kecil.  Beberapa waktu belakangan ini, aku mulai belajar menemukan ketenangan dalam hal-hal kecil. Entah itu dari cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah jendela, dari aroma kopi yang diseduh dengan tenang, atau dari suara angin yang menggerakkan dedaunan di luar rumah. Rasanya seperti alam sedang berbicara perlahan, memberitahuku bahwa tidak semua hal harus diselesaikan dengan tergesa-gesa. Aku memang belum sepenuhnya lepas dari rasa takut dan cemas yang selama ini menjadi teman gelapku. Tapi aku mulai menyadari, ketakutan itu tidak selalu harus dilawan habis-habisan. Kadang, cukup ditemani saja. Dikenali, diterim...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 13

Kita lanjutkan ke Bagian 13 sebuah bagian yang membicarakan tentang menerima, merelakan, dan harapan yang tidak selalu terlihat, tapi tetap terasa. 🌾 --- Bagian 13: Tentang Melepas, dan Tidak Apa-Apa.  Ada hal-hal yang tidak bisa kupeluk selamanya. Ada harapan-harapan yang pada akhirnya harus kulepaskan perlahan-lahan. Bukan karena aku menyerah, tapi karena aku belajar bahwa tidak semua yang kita harapkan akan tinggal bersama kita selamanya. Dan tidak apa-apa. Aku pernah begitu memohon kepada waktu, kepada semesta, agar semua kembali seperti sedia kala. Tapi sekarang aku tahu, tidak semua yang rusak harus diperbaiki, dan tidak semua yang hilang harus ditemukan lagi. Kadang, yang perlu aku lakukan adalah mengikhlaskan—tanpa harus membenci, tanpa harus menghapus kenangan yang pernah menghangatkan hati. Saat ini, aku tidak lagi berjuang untuk kembali ke masa lalu. Aku belajar untuk hadir di saat ini—dengan segala ketidak sempurnaannya. Hari ini mungkin bukan hari terbaikku, tapi buka...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 11dan 12

Ini adalah Bagian 11 dari tulisan jurnal saya tentang rasa, harapan, dan kepercayaan yang tetap saya genggam erat, meskipun dunia seringkali tidak pasti 💻 --- Bagian 11: Harapan yang Tidak Pernah Pergi.  Malam ini aku ingin menulis tentang rasa. Rasa yang tak selalu bisa dijelaskan, tapi selalu hadir. Rasa takut, cemas, dan khawatir yang seringkali datang tanpa permisi, membayangi seperti bayang-bayang yang terus mengikuti. Tapi di balik semua itu, ada satu rasa yang tak pernah benar-benar hilang—percaya. Aku percaya, selama aku masih berusaha—meskipun kecil, meskipun pelan, bahkan meskipun harus tertatih—harapan itu akan tetap ada. Ia mungkin tidak bersinar terang, tapi cukup hangat untuk terus menyalakan langkahku. Cukup untuk membuatku terus bangun setiap pagi dan berkata, “Ayo, hari ini kita coba lagi.” Aku percaya bahwa hari indah itu bukan dongeng. Hari itu nyata, hanya saja belum sampai ke waktunya. Mungkin sekarang jalanku memang masih panjang dan penuh belokan, tapi aku t...