Rebo Kasan: Ikatan Batin dengan Tradisi.
Di Indonesia, setiap daerah memiliki tradisi yang unik dan sarat makna. Salah satunya adalah Rebo Kasan, atau yang di daerah Jawa biasa disebut Rebo Wekasan, sementara di Kalimantan Barat dikenal dengan nama Robo-Robo. Tradisi ini berlangsung di bulan Safar dalam kalender Hijriah, bulan yang sering diyakini sebagai waktu diturunkannya berbagai marabahaya, bencana, dan penyakit.
Tradisi ini biasanya dibuka dengan doa bersama, baik di masjid, rumah tokoh masyarakat, atau rumah kepala suku. Setelah doa, masyarakat melanjutkan dengan makan bersama, menyajikan hidangan khas seperti ketupat, lontong, sayur, ikan, dan berbagai sajian lainnya. Tak jarang tradisi ini dikenal juga sebagai sedekah ketupat, yang menjadi ciri khas di beberapa daerah.
Tujuan utama dari Rebo Kasan adalah memohon perlindungan kepada Yang Maha Kuasa dari segala bahaya dan musibah. Lebih dari sekadar ritual, tradisi ini menjadi wujud kebersamaan, rasa syukur, dan pengingat untuk selalu mendekatkan diri kepada Sang Pencipta.
Bagi saya pribadi, tradisi ini memiliki makna yang sangat istimewa. Sebab, saya dilahirkan tepat di bulan Safar, bersamaan dengan momen tradisi Rebo Kasan. Setiap kali tradisi ini tiba, saya seperti diingatkan kembali tentang perjalanan hidup saya sendiri, seakan ada ikatan batin yang menyatu dengan waktu dan peristiwa ini.
Saya percaya, tidak ada bulan yang buruk—semua bulan adalah baik dan penuh berkah. Bulan Safar sekalipun, yang sering dianggap berbeda, justru menjadi pengingat bagi saya bahwa kehidupan selalu punya sisi terang. Bukti kecilnya adalah kelahiran saya sendiri di bulan ini, yang membuat Safar terasa begitu dekat dan bermakna.
Rebo Kasan bukan hanya sebuah tradisi, tetapi juga cermin perjalanan spiritual, doa, dan kebersamaan. Dan bagi saya, ia akan selalu menjadi bagian penting yang tak hanya dirayakan, tetapi juga dikenang.
---
Penutup.
Tradisi ini mengingatkan saya bahwa hidup selalu berjalan dalam lingkaran doa, harapan, dan syukur. Tidak ada waktu yang benar-benar buruk, sebab setiap detik adalah kesempatan untuk memperbaiki diri dan mendekat pada-Nya. Bagi saya, Rebo Kasan adalah simbol bahwa meski dunia penuh tantangan, kita tidak pernah benar-benar sendirian—selalu ada doa yang menjaga, dan selalu ada cahaya yang menuntun langkah.
Demikianlah cerita saya mengenai tradisi Rebo Kasan di bulan Safar ini, senang rasanya bisa menyimpan semuanya di sini agar kelak saya bisa membacanya kembali dan jika saya masih di kasih kesempatan untuk bertemu kembali dengan Safar, saya akan menceritakannya kembali dan menyimpanya di sini. Well, saya Bagus Sandali, salam.
Komentar