Ini adalah Bagian 11 dari tulisan jurnal saya tentang rasa, harapan, dan kepercayaan yang tetap saya genggam erat, meskipun dunia seringkali tidak pasti 💻
---
Malam ini aku ingin menulis tentang rasa. Rasa yang tak selalu bisa dijelaskan, tapi selalu hadir. Rasa takut, cemas, dan khawatir yang seringkali datang tanpa permisi, membayangi seperti bayang-bayang yang terus mengikuti. Tapi di balik semua itu, ada satu rasa yang tak pernah benar-benar hilang—percaya.
Aku percaya, selama aku masih berusaha—meskipun kecil, meskipun pelan, bahkan meskipun harus tertatih—harapan itu akan tetap ada. Ia mungkin tidak bersinar terang, tapi cukup hangat untuk terus menyalakan langkahku. Cukup untuk membuatku terus bangun setiap pagi dan berkata, “Ayo, hari ini kita coba lagi.”
Aku percaya bahwa hari indah itu bukan dongeng. Hari itu nyata, hanya saja belum sampai ke waktunya. Mungkin sekarang jalanku memang masih panjang dan penuh belokan, tapi aku tahu suatu saat aku akan tiba di sana—di sebuah hari yang menyambutku dengan lembut, tanpa beban, tanpa takut. Hari yang penuh warna, angin yang sejuk, dan senyum yang benar-benar tulus dari dalam hati.
Aku tidak menuntut hari itu datang cepat. Aku hanya ingin tetap bisa berjalan, sekecil apa pun langkahnya. Karena yang terpenting bukan seberapa cepat aku sampai, tapi seberapa kuat aku bertahan. Dan aku sudah sejauh ini, bukan?
"Mungkin benar, hidup ini tidak selalu menawarkan kepastian. Tapi selama masih ada rasa percaya dalam hati, harapan tidak akan pernah pergi."
---
Oke kita lanjut ke Bagian 12—sebuah lanjutan yang tetap hangat, tenang, dan reflektif. Kali ini tentang berdamai, dan tentang memahami bahwa hidup bukan hanya tentang berlari, tapi juga tentang berhenti sejenak, bernapas, dan menerima.
---
Bagian 12: Berdamai dengan Langkah yang Pelan.
Ada satu titik dalam hidup ini di mana aku akhirnya tidak lagi memaksakan diri untuk terus berlari. Aku tidak lagi sibuk mengejar semua hal yang dulu kupikir harus kukejar. Aku mulai menyadari, bahwa tidak apa-apa jika langkahku lambat. Tidak apa-apa jika aku tidak tahu persis ke mana aku akan menuju.
"Hidup tidak harus selalu tergesa. Kadang, justru dalam jeda, aku menemukan diriku yang sesungguhnya."
Mungkin aku tidak sekuat dulu. Tapi bukan berarti aku lemah. Mungkin aku tidak selalu tersenyum, tapi bukan berarti aku tidak bahagia. Ada bentuk lain dari bahagia, yaitu ketika aku bisa menerima semua ini dengan hati yang lapang.
Hari-hari yang aku jalani memang tidak mudah. Tapi dari situ aku belajar bahwa berdamai bukan berarti menyerah. Berdamai adalah ketika aku bisa memeluk semua rasa yang hadir, tanpa perlu menolaknya. Ketika aku bisa menangis tanpa merasa lemah, dan tersenyum meski hati masih bergetar.
"Aku mulai mengerti, bahwa hidup tidak hanya soal pergi sejauh mungkin, tapi juga tentang bagaimana aku pulang—ke dalam diri sendiri."✨
Dan malam ini, aku hanya ingin diam sejenak, mendengar suara hatiku, dan berkata:
"Terima kasih, sudah bertahan sejauh ini."🕊
---
Komentar