Langsung ke konten utama

Postingan

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 15

Berikut ini kelanjutan Bagian 15 dari jurnal Hidup Hanya Sekali. Aku masih tetap menjaga nuansa lembut, reflektif, dan penuh rasa syukur yang terasa begitu kuat dari jurnal ini: --- Bagian 15 : Masih Ada Aku Disini.  Hari ini, ada rasa yang begitu hangat mengalir dalam dada. Bahagia—bukan karena segalanya mudah, tetapi karena aku berhasil bertahan. Bisa menulis jurnal kecil ini pun terasa seperti keajaiban sederhana yang tak ternilai. Setiap kata yang tertulis seolah menjadi saksi perjalanan panjang yang tak semua orang tahu. Ini bukan hanya catatan biasa, tapi bagian dari hidupku. Bagian dari perjuangan yang sunyi, dan bagian dari harapan yang tak pernah benar-benar padam meski sempat redup. Tak terasa, sudah satu tahun berlalu sejak aku melewati masa yang paling kritis. Masa ketika aku berada di titik paling rapuh, saat tubuh lemah dan hati pun ikut meredup. Ada hari ketika rasanya ingin menyerah, melepas semua beban dan diam dalam gelap. Dan aku rasa… itu manusiawi. Tapi ternyat...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 14

Baik, kita lanjut ke Bagian 14 dari jurnal ini. Saya akan menulisnya dengan nuansa yang tetap sejalan dengan bagian-bagian sebelumnya: reflektif, jujur, tenang, dan penuh makna pastinya. Senang rasanya bisa mengekspresikan diri melalui tulisan seperti ini. Dengan ini saya merasa senang, tenang dan damai.  --- Bagian 14:  Menemukan Ketenangan dalam Hal-hal Kecil.  Beberapa waktu belakangan ini, aku mulai belajar menemukan ketenangan dalam hal-hal kecil. Entah itu dari cahaya matahari pagi yang masuk melalui celah jendela, dari aroma kopi yang diseduh dengan tenang, atau dari suara angin yang menggerakkan dedaunan di luar rumah. Rasanya seperti alam sedang berbicara perlahan, memberitahuku bahwa tidak semua hal harus diselesaikan dengan tergesa-gesa. Aku memang belum sepenuhnya lepas dari rasa takut dan cemas yang selama ini menjadi teman gelapku. Tapi aku mulai menyadari, ketakutan itu tidak selalu harus dilawan habis-habisan. Kadang, cukup ditemani saja. Dikenali, diterim...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 13

Kita lanjutkan ke Bagian 13 sebuah bagian yang membicarakan tentang menerima, merelakan, dan harapan yang tidak selalu terlihat, tapi tetap terasa. 🌾 --- Bagian 13: Tentang Melepas, dan Tidak Apa-Apa.  Ada hal-hal yang tidak bisa kupeluk selamanya. Ada harapan-harapan yang pada akhirnya harus kulepaskan perlahan-lahan. Bukan karena aku menyerah, tapi karena aku belajar bahwa tidak semua yang kita harapkan akan tinggal bersama kita selamanya. Dan tidak apa-apa. Aku pernah begitu memohon kepada waktu, kepada semesta, agar semua kembali seperti sedia kala. Tapi sekarang aku tahu, tidak semua yang rusak harus diperbaiki, dan tidak semua yang hilang harus ditemukan lagi. Kadang, yang perlu aku lakukan adalah mengikhlaskan—tanpa harus membenci, tanpa harus menghapus kenangan yang pernah menghangatkan hati. Saat ini, aku tidak lagi berjuang untuk kembali ke masa lalu. Aku belajar untuk hadir di saat ini—dengan segala ketidak sempurnaannya. Hari ini mungkin bukan hari terbaikku, tapi buka...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 11dan 12

Ini adalah Bagian 11 dari tulisan jurnal saya tentang rasa, harapan, dan kepercayaan yang tetap saya genggam erat, meskipun dunia seringkali tidak pasti 💻 --- Bagian 11: Harapan yang Tidak Pernah Pergi.  Malam ini aku ingin menulis tentang rasa. Rasa yang tak selalu bisa dijelaskan, tapi selalu hadir. Rasa takut, cemas, dan khawatir yang seringkali datang tanpa permisi, membayangi seperti bayang-bayang yang terus mengikuti. Tapi di balik semua itu, ada satu rasa yang tak pernah benar-benar hilang—percaya. Aku percaya, selama aku masih berusaha—meskipun kecil, meskipun pelan, bahkan meskipun harus tertatih—harapan itu akan tetap ada. Ia mungkin tidak bersinar terang, tapi cukup hangat untuk terus menyalakan langkahku. Cukup untuk membuatku terus bangun setiap pagi dan berkata, “Ayo, hari ini kita coba lagi.” Aku percaya bahwa hari indah itu bukan dongeng. Hari itu nyata, hanya saja belum sampai ke waktunya. Mungkin sekarang jalanku memang masih panjang dan penuh belokan, tapi aku t...

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 10

Setelah sempat terhenti beberapa saat, akhirnya saya kembali dan mau melanjutkan jurnal saya ini. Ya senang sih rasanya kamu menjadi tempat kedua setelah tempat pertama untuk menumpahkan semuanya yaitu sama yang maha kuasa yaitu Allah SWT. Selain saya bercerita disini ya yang masih menjadi tempat favorit saya untuk bercerita ya sama Allah tentunya. Senang saja gitu tidak perlu takut saya itu tidak sendiri, selalu ada Allah yang selalu mendengar kapanpun dan dimanapun kita mau bercerita.🕊 Nah kembali lagi ke jurnal saya itu tentang Hidup Hanya Sekali, kali ini saya mau melanjutkan jurnal tersebut, dan sebelum melanjutkan mari kita melihat ulang merefleksikan kembali atau melihat ringkasan singkat mengenai jurnal saya yang sudah saya tuliskan di blog saya ini. 💻 Berikut ini ringkasan ulang dari tulisan jurnal saya sejauh ini, ada beberapa bagian sih. Mari kita membacanya kembali secara perlahan—seperti menyusuri kembali jejak langkah yang sudah kita tempuh sejauh ini🌙 Awal yang Berat....

HIDUP HANYA SEKALI bagian 8 dan 9

Banyak orang merasa harus selalu punya alasan untuk tetap kuat, tapi kamu menunjukkan sesuatu yang lebih nyata: Bahwa kadang kita tetap bertahan meski tanpa alasan yang jelas. Bahwa menerima kenyataan, bahkan tanpa jawaban, adalah bentuk kekuatan yang sangat sunyi tapi luar biasa. Dan kamu… Kamu tidak lemah karena tidak punya alasan. Kamu luar biasa, justru karena kamu memilih untuk tetap ada — meski pahit, meski penuh tanda tanya, meski tanpa pelipur. Dan sekarang izinkan saya menuliskan bagian selanjutnya, untuk saya terutama, kamu dan kita semua.Siapapun yang membaca tulisan ini nanti.  Bagian 8: Tanpa Alasan, Tapi Masih Bertahan.  Aku tidak selalu tahu kenapa aku masih di sini. Tidak ada jawaban pasti. Tidak ada motivasi besar. Tidak ada kalimat penguat yang mengubah segalanya. Aku hanya… tetap ada. Mungkin karena waktu memang terus berjalan, dan aku ikut mengalir di dalamnya. Mungkin karena tubuh ini belum menyerah, meski pikiranku sering ingin berhenti. Atau mungkin — ka...

HIDUP HANYA SEKALI Bagian 7

Bagian 7: Untuk Diriku yang Masih Bertahan Hai, kamu… Kalau kamu sedang membaca ini suatu hari nanti, aku harap kamu masih bisa mengingat hari-hari berat yang pernah kamu lalui. Hari-hari di mana rasanya hidup seperti menahan napas yang panjang — terlalu lama, terlalu sunyi. Hari-hari ketika kamu bangun dengan rasa takut, tapi tetap memilih berdiri. Hari-hari ketika kamu tidak yakin apakah kamu akan baik-baik saja… tapi kamu tetap bertahan. Aku tahu kamu lelah. Aku tahu kamu pernah merasa dunia terlalu senyap untuk bisa dimengerti. Aku tahu kamu pernah merasa ingin menyerah — bukan karena kamu lemah, tapi karena kamu terlalu lama menanggung semuanya sendirian. Tapi lihatlah, kamu masih ada di sini. Kamu masih menjalani hari, satu per satu. Dan meski langkahmu tidak selalu pasti, kamu tetap melangkah. Itu keberanian yang tidak semua orang miliki. Terima kasih, ya. Terima kasih karena tidak menyerah ketika kamu bisa saja memilih untuk berhenti. Terima kasih karena tetap menjadi rumah bag...