Langsung ke konten utama

Postingan

HIDUP HANYA SEKALI BAGIAN 10

Setelah sempat terhenti beberapa saat, akhirnya saya kembali dan mau melanjutkan jurnal saya ini. Ya senang sih rasanya kamu menjadi tempat kedua setelah tempat pertama untuk menumpahkan semuanya yaitu sama yang maha kuasa yaitu Allah SWT. Selain saya bercerita disini ya yang masih menjadi tempat favorit saya untuk bercerita ya sama Allah tentunya. Senang saja gitu tidak perlu takut saya itu tidak sendiri, selalu ada Allah yang selalu mendengar kapanpun dan dimanapun kita mau bercerita.🕊 Nah kembali lagi ke jurnal saya itu tentang Hidup Hanya Sekali, kali ini saya mau melanjutkan jurnal tersebut, dan sebelum melanjutkan mari kita melihat ulang merefleksikan kembali atau melihat ringkasan singkat mengenai jurnal saya yang sudah saya tuliskan di blog saya ini. 💻 Berikut ini ringkasan ulang dari tulisan jurnal saya sejauh ini, ada beberapa bagian sih. Mari kita membacanya kembali secara perlahan—seperti menyusuri kembali jejak langkah yang sudah kita tempuh sejauh ini🌙 Awal yang Berat....

HIDUP HANYA SEKALI bagian 8 dan 9

Banyak orang merasa harus selalu punya alasan untuk tetap kuat, tapi kamu menunjukkan sesuatu yang lebih nyata: Bahwa kadang kita tetap bertahan meski tanpa alasan yang jelas. Bahwa menerima kenyataan, bahkan tanpa jawaban, adalah bentuk kekuatan yang sangat sunyi tapi luar biasa. Dan kamu… Kamu tidak lemah karena tidak punya alasan. Kamu luar biasa, justru karena kamu memilih untuk tetap ada — meski pahit, meski penuh tanda tanya, meski tanpa pelipur. Dan sekarang izinkan saya menuliskan bagian selanjutnya, untuk saya terutama, kamu dan kita semua.Siapapun yang membaca tulisan ini nanti.  Bagian 8: Tanpa Alasan, Tapi Masih Bertahan.  Aku tidak selalu tahu kenapa aku masih di sini. Tidak ada jawaban pasti. Tidak ada motivasi besar. Tidak ada kalimat penguat yang mengubah segalanya. Aku hanya… tetap ada. Mungkin karena waktu memang terus berjalan, dan aku ikut mengalir di dalamnya. Mungkin karena tubuh ini belum menyerah, meski pikiranku sering ingin berhenti. Atau mungkin — ka...

HIDUP HANYA SEKALI Bagian 7

Bagian 7: Untuk Diriku yang Masih Bertahan Hai, kamu… Kalau kamu sedang membaca ini suatu hari nanti, aku harap kamu masih bisa mengingat hari-hari berat yang pernah kamu lalui. Hari-hari di mana rasanya hidup seperti menahan napas yang panjang — terlalu lama, terlalu sunyi. Hari-hari ketika kamu bangun dengan rasa takut, tapi tetap memilih berdiri. Hari-hari ketika kamu tidak yakin apakah kamu akan baik-baik saja… tapi kamu tetap bertahan. Aku tahu kamu lelah. Aku tahu kamu pernah merasa dunia terlalu senyap untuk bisa dimengerti. Aku tahu kamu pernah merasa ingin menyerah — bukan karena kamu lemah, tapi karena kamu terlalu lama menanggung semuanya sendirian. Tapi lihatlah, kamu masih ada di sini. Kamu masih menjalani hari, satu per satu. Dan meski langkahmu tidak selalu pasti, kamu tetap melangkah. Itu keberanian yang tidak semua orang miliki. Terima kasih, ya. Terima kasih karena tidak menyerah ketika kamu bisa saja memilih untuk berhenti. Terima kasih karena tetap menjadi rumah bag...

HIDUP HANYA SEKALI Bagian 5 dan 6

Bagian 5: Jalan yang Masih Aku Tempuh Aku tahu, aku bukan satu-satunya. Di luar sana, begitu banyak jiwa yang juga sedang berjalan dengan luka, menyembunyikan lelah di balik senyum, menahan sakit di balik pelukan, dan tetap melangkah meski tak ada yang benar-benar tahu berat beban yang mereka pikul. Dan setiap kali aku melihat mereka — di lorong rumah sakit, di ruang tunggu, atau hanya sekilas saat mata kami bertemu — aku merasa: "Kita sama-sama bertarung." Dan entah bagaimana, itu memberiku kekuatan. Semangat mereka seperti nyala api kecil yang ikut menghidupkanku. Saat ini, mungkin rute hidupku hanya terbatas: dari rumah ke rumah sakit, dari perawatan ke pemeriksaan, dari harapan ke doa yang berulang. Tapi aku percaya… Rute ini tidak akan selamanya begini. > Akan ada saatnya langkah kakiku membawa aku ke tempat yang baru, di mana bunga-bunga bermekaran tanpa batas, di mana langit biru terbentang tanpa atap, di mana angin berhembus lembut membawa pesan: “Kamu berhasil mel...

HIDUP HANYA SEKALI Bagian 3 dan 4

Bagian III: Aku Masih Di Sini Malam ini, aku menatap layar… Masih bernapas, masih hidup — tapi aku tahu rasanya tak selalu terasa seperti hidup. Sudah hampir dua tahun aku menjalani sesuatu yang tidak pernah kuundang hadir dalam hidupku. Penyakit ini… proses ini… Seolah mencabutku dari dunia yang dulu kukenal: pekerjaan yang kujalani dengan semangat, pemandangan yang dulu kusambut dengan mata berbinar, obrolan ringan dengan teman, tawa-tawa sederhana yang kini terasa seperti mimpi yang jauh. Di awal, segalanya terasa berat. Seperti tenggelam dalam lautan yang tak berujung, seperti burung dalam sangkar yang hanya bisa melihat langit tanpa bisa terbang. Kadang aku ingin marah. Kadang aku hanya ingin diam dan menghilang. Dan ya, aku lelah… Tapi aku tetap ada. Kata orang, waktu menyembuhkan. Mungkin benar… atau mungkin waktu hanya membuat luka belajar bernafas tanpa suara. Namun di balik semua ini, satu hal yang membuatku tetap berdiri: keluarga. Mereka tidak pergi. Saat dunia menjauh, mer...

HIDUP HANYA SEKALI Bagian 1 dan 2

Bagian I : Untuk Mereka yang Masih Bertahan Itu terjadi sekitar satu tahun yang lalu—tepatnya di tahun 2024. Sebuah kejadian yang begitu tajam, begitu membekas dalam ingatan, sampai kadang aku merasa… mungkin saat itu adalah batas antara hidup dan mati. Aku tak sepenuhnya memahami apa yang sedang terjadi pada diriku. Ada rasa takut. Ada sunyi. Dan ada kesedihan yang begitu berat hingga tak tahu harus disuarakan dengan cara apa. Awalnya aku menyangkal semuanya—menyangkal betapa aku sedang terluka. Aku bilang pada diriku sendiri bahwa aku baik-baik saja, padahal tidak. Aku mencoba lari dari bayangan sendiri, mencoba menjauh dari beban yang menghimpit dada. Lalu... Datanglah sebuah lagu. "Terimakasih Sudah Bertahan." Suara yang berasal dari luar, namun seolah sedang berbicara langsung ke dalam. Ada satu bagian lirik yang sederhana, tapi rasanya seperti membuka luka sekaligus menyembuhkan: “Ternyata kau sekuat itu. Ternyata kau sehebat itu.” Aku menangis—bukan karena aku lemah, t...

HIDUP HANYA SEKALI

• Jadi Jangan Sakit-Sakitan Terus Kita sering dengar kalimat "hidup hanya sekali" sebagai alasan buat jalan-jalan, makan enak, nongkrong sampai pagi, atau beli barang-barang yang bikin dompet nyesek. Tapi, pernah nggak sih kita mikir, kalau hidup cuma sekali, ya jangan disia-siain dengan gaya hidup yang bikin tubuh jadi langganan masuk angin atau langganan obat warung? Serius deh. Hidup cuma sekali, jadi kenapa kita nggak coba hidup dengan sehat tapi santai? 1. Tidur Cukup, Jangan Cuma Rebahan Tidur itu penting. Tapi jangan dikira rebahan sambil scroll TikTok 4 jam juga termasuk istirahat yang berkualitas. Beda, bestie! Tidur yang benar itu tidur cukup, sekitar 7–8 jam semalam, tanpa drama begadang nonton serial Korea sampai mata panda. Tubuh kita butuh waktu buat restart, bukan cuma ngelamun sambil rebahan. 2. Makan Enak Boleh, Tapi Jangan Lupa Sayur Kita semua suka makanan enak. Makan gorengan sambil ngeteh sore-sore? Surgawi. Tapi coba deh sesekali kasih tubuh kita asupan ...