Berbeda-beda tapi tujuannya tetap sama mungkin kata itu yang tepat buat menggambarkan keberagaman adat dan suku yang ada di indonesia tercinta ini.
Seperti pengalaman gue yang satu ini tepatnya empat hari yang lalu yuk kita simak...
Tahlilan/Selametan Orang Meninggal
Oke mungkin ini biasa aja ya namanya tahlilan,kebanyakan orang bakalan nanggepinnya seperti biasa gitu.So bagi gue ini hal yang luar biasa atau pengalaman yang sangat luar biasa pertama dalam hidup gue sumpah.Ikut tahlilan di suatu daerah yang notaben nya bukan gue banget gitu,bayangain aja gue orang sunda sebisa mungkin harus bisa berbaur beradaptasi dengan orang-orang melayu dan dayak sebut saja Kalimantan,emang benera kerena gue sekarang di Kalimantan Barat tepatnya di Kabupaten Mempawah.
Nah jadi kaya begini waktu kemarin itu ada tetangga gue yang meninggal,ya rumahnya gak jauh cuma di langkah tiga rumah gitu,rumah kita bejejeran.Yang meninggal itu adalah seorang nenek-nenek gak tau gue nenek siapa namanya,di mana ada orang meninggal sore entah malam nya pasti selalu ada yang namanya tahlilan eiiissttt tapi ini bagi umat muslim loh yah "ISLAM" kalau umat-umat yang lain sih gue gak tau.Di daerah tempat gue tinggal mayoritas agamanya Islam dan mungkin ada sedikit perbedaan-perbedaan dari tempat tinggal gue yang asli yaitu di Bogor sumpah jauh banget.oh iya for your informations gue di sini itu cuma kerja jadi bisa di bilang gue perantau gitu lah,nah bagi perantau seperti gue mau gak mau harus beradaptasi dengan masyarakat sekitar,harus mengikuti cara-cara mereka dan yang paling terpenting adalah menghargai kalau kita pengen di hargai mantap.
Oke kembali ke tahlilan,kalau di Jawa itu yang namanya tahlilah biasa ya kan doa-doa gitu lantunan ayat suci serta dzikir-dzikir,ya mungkin di sini juga sama seperti itu kalau gue perhatiin sama aja.Cuma yang membedakan adalah sajian atau bisa di bilang kalau di Jawa itu di mana ada tahlilan di situ pasti kita dapet nasi kotak,atau di Bogor di sebutnya berkat (brek di angkat) haha lucu ya.Otomatis sepulang kita tahlilan tangan kita gak kosong-kosong banget lah.
Berbeda dengan di sini yaitu di Kalimantan gak tau kenapa mungkin ini kebiasaan orang melayu dari dulu,jadi selesai tahlilan sajian atau nasi kotak seharusnya di bagikan tapi di sini gak malah di makan di lokasi sumpah di makan di situ langsung.Dan tau gak kalau kalian di kasih sajian sama orang melayu katanya harus di makan jangan sampe enggak meskipun kalian gak suka makanannya ya mau gak mau harus di makan,itu sih menurut pengalaman gue seperti itu gak tau alesannya kenapa ya sudahlah kita harus bisa menghargai perbedaan yang ada.
Kerana menurut gue mau kalian suku apa atau orang mana,mau kulitnya hitam,atau putih,kita tetep sama yaitu Merah Putih Indonesia tanah airku dari Sabang sampai Merauke bermacam-macam adat istiadat dan suku cuma di Indonesia kita bisa menemukan keberegaman seperti ini.
So gue cukup bangga menjadi orang Indonesia karena apa,toleransinya itu loh yang gak bakala kalaian dapetin di mana pun cuma di sini di INDONESIA tercinta tanah airku.
Via Gunung Ciung. Sentul City memang tidak bisa diam, selalu saja ada sesuatu yang baru yang wajib kita datangi tentunya. Apa lagi di dunia pendakian seperti di Sentul City ini selalu menyajikan lokasi-lokasi yang memang belum pernah saya kunjungi sebelumnya dimanakah itu? Di mana lagi kalau bukan di atas Puncak Geugeur 890 Mdpl.Ada apa saja di Puncak Geugeur dan lalu akses mana dan seberapa lama pendakian menuju Gunung Geugeur 890 mdpl, semuanya akan saya bahas sedikit di bawah ini ya, oke langsung saja yuk. Berawal dari pendakian tekok pertama saya di Gunung Ciung ya, dan di atas Puncak Ciung itu terdapat sebuah plang atau petunjuk jalan yang mengarah ke Bukit Daolong dan Gunung Geugeur. Sebuah fakta baru tentunya dan informasi penting ini ya bahwa ternyata Gunung Ciung bisa terhubung langsung ke beberapa lokasi yang ada di kawasan Sentul City ini seperti Gunung Geugeur ini ya tentunya. Maka dari itu inilah alasan yang membawa saya akhirnya selalu kembali dan kembali lagi...
Komentar